
Hidup adalah pilihan. Itu pasti. Itu pasti. Justifikasinya, sangat 
jelas, Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai Dzat Yang Pencipta, memberikan 
kemerdekaan kepada manusia untuk memiliki jalan hidupnya, mau taat atau 
mau ingkar dipersilahkan (QS. Asy Syams: 8-10). Walau demikian, dengan 
kasih sayang-Nya, Dia tidak membiarkan manusia terjerat begitu saja 
dalam kebingungan karena dihadapkan pada dua pilihan.
Ada seperangkat petunjuk yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala sediakan agar 
manusia dapat memilih pilihan yang benar.
Di antaranya berupa potensi atau kemampuan untuk mendengar, melihat, serta memikirkan input-input yang masuk dari proses mendengar dan melihat tersebut (QS Al Mulk: 23). Perangkat lainnya adalah Alquran dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (QS Al Baqarah: 2). Poin kedua inilah yang akan kita kupas lebih lanjut.
Di antaranya berupa potensi atau kemampuan untuk mendengar, melihat, serta memikirkan input-input yang masuk dari proses mendengar dan melihat tersebut (QS Al Mulk: 23). Perangkat lainnya adalah Alquran dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (QS Al Baqarah: 2). Poin kedua inilah yang akan kita kupas lebih lanjut.
Alquran adalah media pemandu paling efektif bagi manusia untuk menemukan
 jalan kebahagiaan. Alquran adalah sumber kemuliaan. Siapa pun yang 
menjadikan Alquran sebagai panduan hidup, maka tidak ada yang akan ia 
dapatkan selain kemuliaan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berjanji, 
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang 
didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
 memahaminya? (QS Al Anbiyaa': 10).
Namun sebaliknya, siapa pun yang berpaling dari Alquran, maka Allah akan
 memberikan aneka kesempitan dalam hidupnya. Difirmankan dalam QS 
Thaahaa ayat 124, "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka 
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan 
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Makna kesempitan dalam ayat ini bukan berarti tidak berharta, hilangnya 
pendukung atau lepasnya jabatan. Kesempitan dalam konteks ini lebih 
berupa ksempitan jiwa dan hilangnya petunjuk dalam hidup. Kesempitan 
seperti ini jauh lebih berbahaya daripada kesempitan harta. Sebab, 
kesempitan jiwa efeknya berlanjut sampai pada Hari Akhir.
Karena itu, interaksi antara kita dengan Alquran menjadi sebuah 
keniscayaan. Bagaimana kita akan perfect bermain drama, jika naskah 
panduannya saja kita tidak tahu! Hal paling mendasar dalam berinteraksi 
dengan Alquran ini adalah, sejauh mana kita mampu menjadikan Alquran 
sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Biasanya, orang akan tertarik pada sesuatu, jika ia tahu keuntungan dan 
kebaikan dari sesuatu tersebut. Demikian juga dengan Alquran. 
Ketertarikan kita untuk berinteraksi dengan Alquran, akan lahir ketika 
kita tahu manfaat dari Alquran tersebut. Apa saja manfaat yang akan kita
 peroleh jika intens berinteraksi dengan Alquran.
Pertama, melahirkan jiwa yang sabar. Ada banyak kisah tentang para 
pejuang Islam yang mendapatkan aneka cobaan. Mereka diintimidasi, 
disiksa, dipenjara bahkan dibunuh. Namun, kebersamaannya dengan Alquran 
membuat mereka menjadi orang-orang yang sangat sabar. Nadimah Khatul, 
seorang mujahidah Afghanistan misalnya. Ia disiksa dan dipenjara oleh 
orang-orang komunis selama enam tahun. Apa yang ia katakan? "Kami 
mengalami berbagai siksaan. Namun membaca dan mengkaji Alquran membantu 
kami bersabar dan bertahan menghadapinya."
Kedua, melembutkan hati. Seorang ulama mengatakan, "Sesungguhnya hati 
itu mengkristal sebagaimana mengkristalnya besi, maka lembutkanlah ia 
dengan Alquran." Kisah yang paling terkenal adalah masuk Islamnya Umar 
bin Khatbab. Tidak ada yang menyangsikan keras dan kejamnya Umar. Namun 
kerasnya hati Umar menjadi luluh ketika ia membaca beberapa ayat dari QS
 Thaahaa khususnya ayat 14 dan 15, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, 
Tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
 shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. 
Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas 
dengan apa yang ia usahakan."
Ketiga, mengokohkan hati. Difirmankan, "Dan semua kisah-kisah 
rasul-rasul, Kami menceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah 
itu Kami teguhkan hatimu (QS Hud: 120). Bagi orang-orang yang hatinya 
telah terbuka, ayat-ayat Alquran bagaikan suplemen terbaik untuk 
memantik semangat. Semakin dibaca dan dihayati, semakin kuat kadar 
keimanan dalam dirinya (QS. An Anfaal: 2).
Keempat, sebagai nasihat dan obat tatkala hati sedih dan gundah gulana. 
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Wahai manusia, sesungguhnya telah 
datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu dan bagi obat bagi yang ada di 
dalam dada, petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS 
Yunus: 57). Dalam konteks inilah, ungkapan Rasulullah Shallallahu 
'Alaihi Wasallam dan para sahabat bahwa Alquran sebagai hiburan 
mendapatkan legitimasi.
Bagi orang-orang yang saleh, tiada yang paling indah selain hidup 
bersama Alquran. Itulah kenikmatan tiada tara. Bagaimana mendapatkannya?
 Ada banyak cara. Salah satunya dengan membaca Alquran sebenar-benarnya 
bacaan (haqqut tilawah). "orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab 
mereka senantiasa membacanya dengan sebenar-benarnya bacaan (haqqut 
tilawah),  mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya..." (QS Al 
Baqarah: 121).
Makna haqqut dalam ayat ini adalah berfungsinya lisan, akal dan hati 
ketika membacanya. lisan berfungsi dengan baik ketika mampu 
menartilkannya. Berfungsinya akal adalah dengan memahami isi ayat yang 
dilantunkan. Sedangkan berfungsinya hati adalah dengan merenungkan 
nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya. Ketika lisan, pikiran, hati
 dan seluruh tubuh terfokus pada Alquran, berdialog dengan Allah, pada 
saat itulah tidak ada lagi yang ia rasakan selain kenikmatan. Seluruh 
tubuh didominasi harmoni cinta, sehingga rasa sakit akan 
tereliminasikan.
Dikisahkan, Imam Ar Rafi'i nin Mahran pernah menderita penyakit 'akalah'
 yaitu sejenis tumor tulang pada bagian lutut. Satu-satunya cara untuk 
menghilangkan penyakit tersebut adalah dengan mengamputasi kaki. Waktu 
itu dokter menawarkan khamr untuk meredam rasa sakit tatkala proses 
amputasi dilakukan. Tapi Imam Ar Rafi'i menolak dan mengatakan,"Aku 
punya obat yang lebih mujarab dari apa yang engkau tawarkan kepadaku. 
Datangkan saja kepada saya seorang qari." Selanjutnya ia berkata, 
"Dokter apabila ayat Alquran tengah dilantunkan dan Anda melihat muka 
saya memerah dan mata saya terbelalak, itulah saat yang tepat untuk 
memotong kaki saya."
Ketika qari tersebut melantunkan ayat-ayat Alquran, memerahlah muka 
serta terbelalaklah mata Imam Ar Rafi'i. Terlebih ketika ia mendengar 
ayat-ayat yang berisi peringatan serta nacaman. Imam Ar Rafi'i merasakan
 seolah-olah ancaman itu ditujukan pada dirinya. Saat itulah dokter 
mulai memotong urat-urat serta menggergaji tulang kaki. Tidak terdengar 
satu pun keluhan yang keluar dari mulut lelaki saleh ini. Subhanallah..
Sumber: Tabloid Republika

 Time in Banjarmasin